Pak Kunto, LP3I Surabaya, 2010, Marisa Haque, Pak Verus, Gus Ipul (Saifulah Yusus) Wagub Jatim

Pak Kunto, LP3I Surabaya, 2010, Marisa Haque, Pak Verus, Gus Ipul (Saifulah Yusus) Wagub Jatim
Pak Kunto, LP3I Surabaya, 2010, Marisa Haque, Pak Verus, Verus, Gus Ipul (Saifulah Yusuf) Wagub Jatim

Wonderful Cooperation with LP3I Surabaya: Marissa Haque Fawzi

Wonderful Cooperation with LP3I Surabaya: Marissa Haque Fawzi
Marissa Haque Istri Ikang Fawzi Kenangan bersama Tim LP3I Surabaya, Jatim, 2010

Marissa Haque Duta LP3I, 2010-2011

Marissa Haque Duta LP3I, 2010-2011
Marissa Haque Duta LP3I, 2010-2011

Marissa Haque & Ikang Fawzi: Insya Allah Chikita Fawzi Bungsu Kami Dosen Tamu di LP3I

Chikita Fawzi 7 Wonder Indonesian Women 2011 (Trans 7, 8 April 2011)


Senin, 31 Januari 2011

Marissa Haque Jadi Duta LP3i: dari Kapanlagi.com

Kamis, 23 September 2010 18:08 | Tag: Prestasi Selebritis

Kapanlagi.com - Keseriusannya dalam bidang pendidikan membuat artis dan politikus Marissa Haque didapuk menjadi duta di sebuah Lembaga Pendidikan LP3I. Menekuni pendidikan hingga mendapat gelar Doktor membuat istri rocker Ikang Fawzi itu merasa punya kewajiban untuk membagi ilmu yang dia dapat selama dirinya menempuh pendidikan.

Sebagai seorang yang sudah memiliki pengalaman mendidik, ibu dua anak ini mempunyai cara tersendiri untuk memberikan pelajaran.

"Learning by the doing, semua saya kerjakan dengan baik. Banyak pengetahuan yang bisa saya berikan untuk siapapun. Lebih pada motivasi, mungkin lebih pada dakwahnya sehingga itu bisa bermanfaat," ujar Marissa di Gedung ESQ 165, TB Simatupang, Jakarta Selatan, Kamis (23/9), saat dirinya dikukuhkan menjadi duta LP3I.

Dengan aktivitasnya yang segudang, baik di bidang politik maupun di bidang sosial yang dijalankannya, Marissa tetap merasa punya tanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan anak muda Indonesia agar tidak menjadi pengangguran.

Menurutnya menjadi duta bukan tugas yang ringan, tapi baginya itu suatu tanggung jawab.

"Kalau bicara berat itu pasti karena ini bicara tanggung jawab karena ini bentuk ibadah seperti bernafas, senyuman aja itu ibadah dan ini bukan tugas biasa," pungkas Mahasiswi Kelas Doktor Institut Pertanian Bogor itu. (kpl/hen/bun)

Marissa Haque & Ikang Fawzi (2011): Negara Pengelola Perubahan Ekonomi


January 7th, 2011

Negara Pengelola Perubahan Ekonomi

Oleh: Marissa Haque & Ikang Fawzi (FEB, UGM, 2011)

I. Pilihan Sistem Ekonomi
Dalam masa tiga dekade akhir-akhir ini, banyak negara di dunia dari level domestik sampai dengan global mengalami perubahan signifikan gaya kepemimpinan ekonomi. Termasuk Indonesia juga didalamnya. Dimana perubahan drastis pada strata: (1)mikro; (2) mezzo; (3) makro secara berkelanjutan terus bermetamorfosa. Beradaptasi terhadap beberapa faktor eksternal sekaligua internal tak terkendali, semisal terhadap: (1) liberalisasi ekonomi; (2) perkembangan dunia IT dan ITC; (3) modernisasi moda transportasip (4) kompleksitas intitusi keuangan dan perbankan; (5)tuntutan consumers. Indonesia sendiri sebagai salah satu negara yang masih berkembang di dunia ini, selalu dengan karakter kenegaraannya yang diduga senang bermain dalam wilayah ‘quasi’ (abu-abu.[1] Tidak pernah secara jelas dan nyata menyatakan diri sebagai negara sos-dem (sosialis demokratik) seperti apa yang termaktub didalam ruh ideologi NKRI yaitu Pancasila, namun juga berbentuk sebuah negara liberal malu-malu, namun dalam praktik lebih ekstrim dari negara liberal asalnya yaitu Amreika Serikat.


II. Lapis Perubahan Ekonomi
Beberapa periode dalam perjalanan NKRI sebagai sebuah bangsa dan negara, mengalami perubahan leadership (style dalam kepemimpinan), termasuk didalamnya masalah economic leadership. Pada masa pemerintahan Orba (orde baru), tidak dapat dipungkiri bahawasanya praktik monopopi serta oligopoli mendominasi perjalanan perekonomian Indonesia, diduga tanpa mempedulikan: (1) daya saing ekonomi jadi semakin rendah; (2) akses bagi sebagian besar pelaku ekonomi jadi tertutup; dan (3) konsumen yang selalu dirugikan karena tak ada kontrol mekanisme persaingan pasar yang biasanya menguntungkan konsumen dari harga murah serta inovasi produk yang semakin beragam. Tiga lapis perubahan economic leadership style yang terjadi di Indonesia sampai dengan hari ini, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(1) Lapis Pertama Tingkat Makro
Pada dekade tahun 1980-an, tepatnya pada masa antara tahun 1983-1988, terjadi lompatan perubahan ekonomi ditingkat makro. Yaitu saat dilakukannya deregulasi pada bidang sektor keuangan. Lalu perkembangan sektor perbankan dan pasar modal yang langsung terpengaruh dimana menjadi sebuah penanda penting/petunjuk awal atas dampak dari diberlakukannya kebijakan tersebut. Output deregulasi serta liberalisasi yang terjadi disusul oleh sektor riil dan perdagangan berpengaruh langsung serta signifikan terhadap hidup-matinya seluruh kegiatan perekonomian Indonesia—termasuk consumer behavior/perilaku perekonomian rumah tangga Indonesia yang terjadi sebagai dampak langsung implementasi kebijakan dari pemerintah yang berkuasa saat itu. Secara lebih rinci perubahan the economic leadership pada strata ekonomi makro Indonesia saat itu dengan dikeluarkannya PP No. 20 Tahun 1994 tentang Kepemilikan Saham dan PMA (penanam modal asing), dimana Peraturan Pemerintah ini secara bebas memberikan sejenis keleluasaan penuh kepada pihak asing untuk dapat menerobos seluruh sudut ruang perekonomian dalam negeri Indonesia;


(2) Lapis Kedua Tingkat Mezzo
Desentralisasi pada strata masa tersebut di Indonesia, merupakan sebuah disain manajemen pembangunan politik-ekonomi NKRI. Dimana pada hari-hari belakangan ini masyarakat Indonesia mengenalnya dengan nama Otda (Otonomi Daerah) sebagai anti-thesis dari konsep sebelumnya yang didanggap padat kepentingan sentralisasi politik dalam negeri dari ‘partai kuat tertentu’ saat itu. Desentralisasi ekonomi dianggap sebagai jawaban cerdas bagi beberapa hipotesa yang selama masa 32 tahun sebelumnya dianggap terkubur, yaitu: (a) apakah mungkin sentralisasi ekonomi masa sebelumnya mampu untuk mengurus beragam politik ekonomi yang dimiliki oleh Indonesia; (b) apakah ekonomi-bisnis model yang ada selama masa sebelumnya dapat mengurangi distorsi kesenjangan kepentingan pusat-daerah terkait dengan rumusan kebijakan; dan (3) apakah sebaiknya model desentralisasi ini teap dikembangkan sertya dijalankan sekalipun resiko separatisme menjadi niscaya;


(3) Lapis Ketiga Tingkat Mikro
Dikeluarkannya UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, memberikan ruang bagi para pelaku ekonomi mikro—UKM dan UMKM termasuk BMT (baitul maal wa tamwil/berbasil syariah non-bank)—menjadi mungkin untuk tumbuh serta berkembang. Dimana sebelumnya para pelaku ekonomi Indonesia secara distortif hanya terpaku apda pangsa papan atas elite pengusaha tertentu yang dekat dengan penguasa/pemerintah pusat saat itu. Perubahan dari sistem politik-ekonomi yang terjadi di strata ini diharapkan menjadi semacam terapi mujarab bagi disain baru menuju arah persaingan sehat yang membuat seluruh pelaku ekonomi memiliki akses serta peluang sama dalam turut serta menjalankan roda perekonomian nasional. Diharapakan pada akhirnya meningkatkan taraf kesejahteraan dan HDI (human development index) penduduk Indonesia;

III. Masalah Klasik Kelembagaan
Transformasi dan metamorfosa yang terjadi dalam sistem ekonomi-bisnis-industri tersebut, ternyata sama sekali tidak menyentuh birokrasi dalam sistem pemerintahan Indonesia/seluruh departemen teknis maupun departemen non-portofolio/non-teknis.[2] Yang diduga terlupakan disaat eforia reformasi kemarin digulirkan oleh para pencetusnya,[3] bahwa setiap masa transisi reformasi wajib juga membidik reformasi birokrasi yang ada pada sebuah negara/pemerintahan, baik itu sebagai prinsipal maupun sebagai agennya. Karena pada dasarnya, sebuah jajaran birokrasi dibentuk oleh penguasa negara dimasa pemerintahannya berkuasa. Yang dicirikan memiliki spirit karakter embeded sebagai: (1) pemilik dari kekuasaan; (2) peminta rente; dan (3) penjual regulasi. Sehingga biar sekalipun reformasi gergulir sangat kuat disuatu masa, namun para birokrat dalam jajaran birokrasi pemerintahan tersebut “tetap solid memegang kendali” pemerintahan. Jika sebuah kebijakan baru digulirkan, regulasi biasanya terpenggal ditengah jalan karena kedodoran dalam kelembagaannya.[4] Bila sebuah penelitian dijalankan untuk mengatahui masalah yang timbul, maka unit analisis yang biasa dipakai pemerintah masih ‘sebatas institusinya’/kementrian itu sendiri dan bukan “kebijakan” itu sendiri, sehingga dilapangan tampak nyata bahwa strategi pengelolaan perubahan ekonomi-politik-hukum tidak tidak pernah solid-kreatif namun tetap ‘primitif’ sebagaimana sediakala.

IV. Solusi dari Ikang dan Marissa
Dalam setiap kebijakan yang dibuat, alangkah baiknya bilamana: (1) diteruskan dengan SOP (standard operation procedure)/”aturan main” atau rule of law yang rigid/ketat dari kelembagaan yang berperan sebagai tatakelolanya; (2) pendekatan dari Teori Amitai Etzioni dapat dipertimbangkan untuk diimplementasikan dalam jagka waktu yang disepakati[5]; (3) memberlakukan memberlakukan KPI (key performance indicator) bagi penilaian kinerja seluruh PNS tanpa terkecuali, dan (4) penghargaan didasarkan pada merit based system/jasa keberhasilan kontribusi PNS/birokrat kepada institusi ditempatnya bekerja.
——————————————————————————–


[1] Denny Indrayana menyatakan dalam bukunya “Indonesia Negara Mafioso” bahwa Indonesia adalah
bentuk sebuah negara quasi yang berarti neither fish or meat (bukan ikan atau daging)/banci


[2] Eep Saefullah Fatah (2010) pengamat politik dari FISIP-UI didalam salah satu wawancaranya di Metro
TV mengatakan bahwa birokrasi Indonesia dimasa Orba (Orde Baru) lalu, merupakan ‘perpanjangan
tangan’ partai politik dari pemerintah berkuasa saat itu didalam administrasi negara. Dimana setiap
PNS/Korpri wajib mencontreng untuk Golkar dilam setiap masa Pemilu berlangsun


[3] Ide Otda (Otonomi Daaerah) pertama kali digaungkan oleh Prof.Dr. Ryas Rasyid


[4] Ahmad Erani Yustika adalah Direktur Eksekutif INDEF dan seorang dosen Departemen Ilmu Ekonomi
Universitas Brawijaya Malang dalam sebuah wawancara di JTV Surabaya September 2010
[5] Amitai Etzioni adalah seorang ekonom dari Amerika Serikat yang meperkenalkan pendekatan afeksi-renumerasi-coersion/law enforcement

Marissa Haque & Ikang Fawzi: Kenangan Sosialisasi LP3I di Pekanbaru-Riau 2010

Marissa Haque Duta LP3I

Pekanbaru, Riau, on January 17th, 2011; Posted by idris

Sumber: http://riaupos.com/news/2010/10/19/maris…

12900729701755491337
PEKANBARU (RP) – Tahun ini, artis nasional Hj Marissa Haque ditunjuk sebagai duta LP3I Pusat. Sebagai duta, ia menyempatkan diri menghadiri pembukaan Rapat Kerja (Raker) Wilayah LP3I se Sumatera, Senin (18/10) di Hotel Ibis Pekanbaru.   Raker itu dihadiri 44 peserta yang berasal dari utusan LP3I se Sumatera meliputi, LP3I Pekanbaru, Batam, Bangka Belitung, Palembang, Lampung, Padang, Medan Gelugur by Past, Medan Gajah Mada, Medan Sisingamangaraja, Langsa dan Banda Aceh. Dalam kesempatan itu turut juga hadir, Staf Ahli Gubernur Riau Bidang Pembangunan Ir Teguh Indar Madji MBLdg, President Direktur LP3I Pusat Isral Nurdin MBA, Branch Manager LP3I Pekanbaru H Zulbar Yusuf.
Atas dasar itu pula, LP3I mengajak dirinya sebagai duta LP3I. Ia mengaku sangat tertarik dengan LP3I karena LP3I mampu menelurkan lulusan siap pakai untuk terjun ke lapangan pekerjaan. Ia juga mengingatkan, dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, silaturahim antar sesama jangan dilupakan. Dari situ ilmu akan terealisasi. Senada dengan itu, Presiden Direktur LP3I Pusat Isral Nurdin menyebutkan, Raker ini diselenggarakan guna menyiapkan konsolidasi LP3I antar cabang LP3I.  Adapun tema yang diangkat dalam Raker itu, ‘’Semakin Siap dan Semakin Berani’’. Di Sumatera saat ini telah terdapat 13 kampus kecuali Provinsi Jambi. Sementara itu, Branch Manager LP3I Pekanbaru H Zulbar Yusuf mengajak lulusannya memulai pekerjaan itu dari bawah. Sehingga seluk beluk pekerjaan itu dapat dikuasai dengan baik. Gubernur Provinsi Riau diwakili Staf Ahli Bidang Pembangunan Ir Teguh Indra Madji menyatakan Pemerintah Provinsi Riau terus berusaha mengatasi tingginya tingkat pengangguran. Riau mencapai 10,31 persen.(nto)

Marissa Haque & Ikang Fawzi: Pengantar Hukum Bisnis Masuk dalam Pelatihan Persiapan Dunia Kerja LP3I Surabaya

Kamis, 13 Januari 2011

Sumber: http://www.antarajatim.com/lihat/berita/52507/marissa-haque-wirausaha-perlu-kognisi-standar-s1
05 Jan 2011 23:56:03 Pendidikan/Pesantren Penulis : Ayu Citra

ayah__ibu_1
Surabaya - Kemampuan wirausaha dalam menciptakan lapangan pekerjaan perlu memiliki kognisi (kepandaian) minim berstandar S1 karena perkembangan dunia bisnis kian pesat ke depan.

"Untuk itu, mahasiswa yang mengenyam pendidikan setara diploma yang selama ini unggul di praktek kerja lapangan wajib meningkatkan kognisinya," kata Pengamat Kewirausahaan, Marissa Haque, di Wisuda LP3I Surabaya, Rabu.

Menurut dia, menjadi seorang pengusaha yang tangguh menghadapi tantangan bisnis masa kini tidak cukup dengan mengandalkan bekal praktek kerja lapangan.

"Walau modal praktek mereka sudah diakui di dunia kerja, calon pengusaha tetap perlu pendidikan tinggi dan memperdalam kognisinya dengan kuliah lagi," ujar perempuan yang juga menyandang sebagai Duta LP3I.

Terkait banyaknya calon pekerja dari lulusan lembaga pendidikan profesi, ia mengaku, kelebihan mereka ada pada kemampuan psikomotorik (keterampilan).

"Apalagi, metode pendidikannya mengubah urutan pengajaran S1 yang selama ini mendahulukan kognisi, disusul afeksi 'internal relationship', dan psikomotorik," katanya.
lp3i-di-surabaya-gus-ipul-wagub-jatim-marissa-haque-verus-kunto-lp3i-surabaya-2010

Beda dengan metode di lembaga pendidikan profesi, ia menyebutkan, di sana lebih mementingkan pengajaran psikomotorik, afeksi, dan kognisi.

"Sementara, sesuai pengalaman pribadinya jenjang pendidikan S1 di Indonesia hanya mengandalkan selembar ijazah," katanya.

Kondisi tersebut, lanjut dia, karena selama menempuh pendidikan tinggi di bangku kuliah komposisi praktek kerja lapangan sangat minim.

"Akibatnya ketika mereka lulus, mayoritas penyandang S1 bingung mencari kerja karena hanya ingin kerja sebagai bos," katanya.

(foto: blog marissa haque)

Marissa Haque & Ikang Fawzi: Kembali ke Pekanbaru, Riau untuk Wisuda Lulusan LP3I 2011

Sumber: http://marissahaque.blogdetik.com/

The End

Marissa Haque & Ikang Fawzi: Kembali ke Pekanbaru, Riau untuk Wisuda Lulusan LP3I 2011

January 17th, 2011 
Banyak Pekerjaan Namun Tetap Tuntut Ilmu
 kleuarga-ikang-fawzi-marissa-haque

PEKANBARU, BANGKAPOS.com– Dihadapan ratusan wisudawan LP3I, Rocker kawakan Indonesia, Ikang Fauzi, berpesan, ke depan jangan ada lagi Indonesia mengirim Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

“Jangan ada lagi kita mengirim TKI ke luar negeri. Kita bangsa besar dengan kemampuan luar biasa,” kata Ikang sebelum menghibur wisuda dan para undangan lainnya, Sabtu (15/1/2011).
Bagi peraih gelar MBA dari Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM) ini, walau bagaimanapun pekerjaan banyak, jangan lupa tetap menuntut ilmu.

“Saya saja masih ngamen dan menjalani usaha real estate. Tapi, tetap aja pendidikan tidak tertinggal,” kata peraih IPK 3,65 di UGM ini.

Bagi penyanyi yang mengorbit dengan lagu Preman ini mengatakan, banyaknya premanisme di Indonesia karena rusaknya sistem di Indonesia.

Bagi pencetus teori Property Tainment ini, enterpreneurship di kalangan anak muda Indonesia harus ditanamkan sejak dini. (Tribun Pekanbaru/Fakhrurrodzi)

Sumber: http://www.bangkapos.com/2011/01/15/bany…
 

Marissa Haque dalam Promo LP3I Pondok Gede, Jakarta Timur, November 2010

Karya Video oleh Pak Suwarna: Marissa Haque dalam Promo LP3I Pondok Gede, Jakarta Timur, November 2010

Suatu Hari Nanti Marissa Haque Ingin Jadi Profesor: Cumi-cumi Video (Grup C & R)/Indigo

Bincang bersama Marissa Haque LP3I Pondok Gede, Jakarta Timur, 29 November 2010

Karya Video oleh Pak Suwarna: Marissa Haque dalam Promo LP3I Pondok Gede, Jakarta Timur, 29 November 2010